Minggu, 27 November 2011

Mencintai Capung

Tahun 2011 sudah datang. Para pencinta capung sedunia akan berkongres di Jepang. Siapakah yang akan mewakili Indonesia? Mengapa capung penting untuk dibicarakan? Apa jasanya bagi agribisnis? Kalau mau jelas, datanglah ke perkebunan buahbuahan. ‘Setiap 25 hektar kebun buah, memerlukan satu hektar permukaan air,’ begitu kata pekebun andal Budi Dharmawan. Ia sohor karena produksi durian, srikaya, dan buah naga di lahan 600 hektar. Tidak lupa, di setiap petak 25 hektar, dia membuat kolam buatan 100 m x 100 m.
Tujuannya bukan hanya untuk mempunyai cadangan air pada musim kemarau, tapi juga memberi kesempatan berbagai capung berkembang. Capung adalah sahabat bagi pekebun, petani, maupun warga kota. Capung memangsa lalat buah yang merusak mangga. Di sawah, capung melahap walang sangit dan berbagai hama kecil lainnya. Sedangkan di perkotaan, capung mengurangi populasi nyamuk yang membahayakan manusia. Maka, sudah waktunya Odonatologi diperkenalkan dan dikembangkan di Indonesia.
Odonatologi adalah ilmu tentang keluarga capung. Di dunia internasional kita mengenal tiga jenis utama. Pertama dragonfly, capung besar yang umum dikenal sebagai Anisoptera. Kedua, damselfly, si ekor jarum ramping Zygoptera. Dan ketiga Anisozygotera, gabungan dari keduanya. Inilah yang paling umum dan berwarna-warni. Sekadar informasi, setidaknya ada 5.500 spesies capung di seluruh muka bumi.
Dokter di udara
Sudah jelas, secara ekologis capung berjasa menyeimbangkan populasi insekta, sekaligus menjadi mata rantai bagi hewan yang lebih besar, termasuk pasokan makanan bagi burung walet dan aneka burung berkicau. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah peran capung dalam sejarah peradaban dan kebudayaan manusia. Sejak zaman dinosaurus, menurut sejarah alam semesta capung sudah ada. Hal itu dibuktikan dari tersisanya fosil dari 250-juta tahun silam.
Uniknya, ketika dinosaurus punah, capung tetap bertahan. Capung mempunyai daya adaptasi yang luar biasa. Iklim planet Bumi berubah-ubah, capung tetap bertahan. Pada suatu masa, konon ada capung yang rentang sayapnya mencapai setengah meter. Dewasa ini, paling panjang tubuh capung 8 cm dengan rentang sayap 15 cm. Sedangkan damselfly yang kita kenal sebagai jarum terbang, lebih kecil, lebih ramping, dan lebih lembut lagi.
Meskipun begitu, keluarga capung termasuk insekta dengan kemampuan terbang paling cepat. Rata-rata bisa menempuh 40 - 60 km per jam, tetapi ada juga yang mampu terbang 90 km per jam. Artinya, jenis itu bisa bertahan dalam angin topan dan badai. Capung sangat hemat energi. Mereka terbang tanpa sibuk mengepakan sayap. Bahkan mampu berhenti maupun kawin di angkasa.
Berbagai bangsa di dunia mempunyai pandangan istimewa tentang capung. Jepang melihat capung sebagai lambang kecepatan dan ketepatan. Para samurai meneladani kehebatan capung dalam menjalani hidup yang efisien, bersih, dan lincah. Dalam banyak lagu, capung dinyanyikan sebagai makhluk yang meneruskan kenangan yang indah.
Dalam berbagai acara keagamaan, capung dianggap bisa membimbing manusia berdoa, menemukan jati diri dan mencari penciptanya. Capung dipakai sebagai penuntun dalam bermeditasi di kuil-kuil dan klenteng di Asia. Di Eropa, capung juga mempunyai tugas-tugas spiritual. Misalnya di Swedia, capung diperalat oleh setan untuk menimbang dosa manusia. Di Rumania ada kepercayaan bahwa capung adalah kendaraan, semacam kuda bagi roh jahat. Sedangkan di Portugal, capung menjadi mata-mata, untuk mengawasi anak yang suka berbohong.
Orang-orang Selatan di Amerika Serikat menyebut capung sebagai dokter untuk ular. Capung terbang mengikuti ular. Kalau ular terluka, capung akan datang dan menyembuhkan. Di Indonesia? Para pemerhati capung dunia mencatat bahwa capung termasuk masakan yang lezat di Indonesia, karena kita mengenal rempeyek capung. Ada juga capung goreng sebagaimana belalang goreng dan aneka masakan langit lainnya.
Jadi obat
‘Sky food’ kita memang tidak kalah dengan ‘sea food’. Di Gunung Kidul, Yogyakarta, di daerah-daerah minus, capung, laron, belalang, dan kepompong adalah makanan yang populer, setidaknya sejak zaman Jepang hingga 1970-an. Daging capung yang ulet, liat, dan manis, bahkan sering kali dimakan mentah sebagai obat. Di China dan Jepang, capung memang termasuk dalam resep pengobatan tradisional.
Orang-orang Indian Navajo pada zaman dulu melukis capung sebagai tanda air bersih yang boleh diminum. Capung memang sering menjadi simbol dari kejernihan berpikir, kelincahan bertindak, kecepatan, dan ketepatan. Mata capung yang bulat dan dapat memandang luas, 360 derajat, dianggap sebagai lambang pengetahuan yang luas.
Pada zaman modern, capung mengajar manusia terbang dan membuat desain helikopter. Indonesia pada 1950-an memiliki pesawat ultraringan, Capung X, yang dapat mendarat di lapangan tenis dan menggunakan mesin dari mobil Volkswagen maupun skuter. Sayang sekali prototipe capung sebagai pesawat kecil asli Indonesia tidak dikembangkan. Sekarang, pada saat dunia menghadapi krisis lingkungan dan perubahan iklim, kebijaksanaan capung kembali didambakan.
Keluarga Odonata itu menjadi indikator udara bersih, bebas polusi, air bersih, dan lingkungan sehat. Berbagai negara memiliki organisasi pencinta capung, yang tergabung dalam Asosiasi Capung Sedunia Worldwide Dragonfly Association. Lembaga itu menerbitkan berkala terkenal, Agrion, yang menjadi acuan para pemerhati capung sedunia. Di Indonesia, sejak tahun silam juga muncul Dempo Dragonfly Society (DDS) yang berpusat di Malang. Kegiatan mereka terfokus pada penelitian yang terkait dengan kualitas air bersih.
Jangan lupa, Indonesia dikenal mempunyai bakat istimewa sebagai eksportir ragam hias, batik, kerajinan perak, emas, dan berlian yang bisa menggunakan capung sebagai inspirasi motifnya. Selama ini, DDS masih mengutamakan kaitan capung dengan fotografi, sebagai sarana dokumentasi dan karya foto seni. Hal itu menjadi sasaran yang umum di banyak negara Asia Tenggara.
Produk utama para pencinta capung yang menonjol adalah buku-buku indah seperti ‘Dragonflies in Singapore’ dan Suomen Sudenkorennot, perihal capung Finlandia. Selain itu sejumlah besar penelitian di Nigeria, Sri Lanka, serbuan capung berotot merah Sympetrum fonscolombii di Uni Emirat Arab, beserta film dan video seputar Odonata di berbagai belahan bumi. Inggris yang memiliki British Dragonfly Society sejak 1983, memfokuskan kegiatannya di lapangan pendidikan dan konservasi.
Sedangkan Amerika Serikat yang memiliki Dragonfly Monitoring Network, berpusat di Illinois sejak 1987, mengadakan pelatihan pemantauan secara rutin setiap tahun. Harap dicatat bahwa pengamatan capung di negara-negara 4 musim diadakan antara Mei - September. Tanahair kita beruntung memiliki capung sepanjang tahun. Semestinya Indonesia bisa menjadi lahan penting dalam Odonatologi.
Yang lebih utama lagi, kita perlu bantuan capung untuk mendongkrak dunia pariwisata. Dalam kongres pencinta capung di Eropa, tahun lalu, sekitar 85 Odonatis atau pakar dunia capung berkumpul, untuk mengadakan kunjungan lapangan ke berbagai negara. Nah, dengan diputuskannya Jepang menjadi tuan rumah kongres capung sedunia, berbagai hotel pun menawarkan produknya. Wisata capung sebagai bagian dari ekowisata, menjadi tema yang sangat elegan dan memikat hati.

Sumber : http://kompasbisnis.multiply.com/journal/item/510

Simbol Capung

Lain kali Anda melihat capung, memberi perhatian penuh dan mencoba untuk mengambil dalam apa capung adalah semua tentang. Lihatlah sayap itu – Seolah-olah terbuat dari kain muslin transparan lembut, berkibar di sedikit pun angin. Kemudian lihat capung terbang dari bunga oleh sungai yang bersandar pada, dan masa lalu memperbesar ke udara. Mendengar suara dengung dan mengi yang membuat saat melewati Anda dengan. Anda mungkin hanya melihat capung sebagai salah satu spesies lain di alam, dan ya, itu adalah bahwa, tetapi juga lebih banyak untuk capung dari apa yang memenuhi mata belaka. Ada banyak simbolisme yang berhubungan dengan itu dan itulah yang kita akan belajar dalam artikel berikut pada simbolisme capung.
Dragonfly Arti Simbolisme
Jika Anda belum pernah melihat capung sebagai sesuatu yang lebih dari makhluk sederhana maka artikel ini akan membantu Anda memahami simbolisme capung yang berhubungan dengan itu. Ada beberapa kebudayaan yang mengasosiasikan capung dengan konsep bervariasi dan filosofi. Mari kita lihat beberapa ini.

Asal Nama

Capung milik keluarga odonata. Kata ‘odonata’ adalah kata Yunani yang berarti gigi. Ini diberikan kepada keluarga odonata karena percaya bahwa odonates memiliki gigi. Meskipun kemudian menemukan bahwa mereka memiliki rahang yang mereka gunakan untuk menghancurkan mangsanya dengan. Nama capung terjebak demikian karena diyakini bahwa mereka naga pertama.

Cermin Bawah Sadar yang

Capung dikaitkan dengan alam bawah sadar dan pikiran yang pergi dengan itu. Capung tinggal di atas permukaan air dan hanya sebagai riak air dan bergerak dengan sentuhan sedikit, dikatakan bahwa negara bawah sadar pikiran kita juga melakukan hal yang sama. Simbolisme capung menyatakan bahwa pikiran bawah sadar memiliki kemampuan untuk membiarkan pikiran-pikiran yang lebih dalam muncul kembali ke permukaan, seperti ketika skitters capung di permukaan air dan membuat riak dari keadaan yang tenang. Oleh karena itu membuat kita berpikir dari pikiran-pikiran yang mendalam yang telah tergeletak di lipatan pikiran dan merenungkan tentang mereka secara rinci. Hal ini memungkinkan kita untuk mengambil keputusan tertentu mengenai titik-titik juga.

Melihat luar Permukaan

Simbolisme capung lain yang terkait dengan serangga ini adalah kenyataan bahwa tindakan yang sama itu bergegas melintasi permukaan air dan membuat riak dalam proses adalah cara untuk mengingatkan kita untuk tidak melihat apa pun dari sekedar permukaan tetapi masuk lebih dalam. Filosofi ini dikaitkan dengan realisasi diri.

Hidup hidup sepenuhnya

Capung memiliki kehidupan yang sangat pendek dan tidak banyak dalam hidup agak pendek. Dragonfly fakta kepada kita bahwa hidup yang singkat adalah simbolis dari kualitas hidup yang mengarah dan apa itu memberitahu kita untuk melakukan melalui semua itu. Capung adalah simbol ho banyak kita harus memimpin, tidak peduli betapa singkat hidup, sangat baik. Untuk itu terjadi, orang perlu untuk menyadari tujuan mereka, arah bahwa mereka akan mengambil dalam hidup dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai apa yang Anda telah ditetapkan untuk. Dengan demikian simbolis dari sikap hedonis menjalani hidup dengan baik dan maksimal dengan penuh.

Lain Dragonfly simbolisme

Ada mitos lain beberapa Lores yang terkait dengan makhluk ini,. Terutama di Jepang dan penduduk asli Amerika, simbolisme capung berjalan jauh ke dalam budaya yang sangat tanah. Di Jepang, capung dikaitkan dengan musim musim panas dan musim gugur dan totem sangat kemenangan, kekuatan dan kelincahan. Itulah sebabnya pejuang Samurai menggunakannya sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. Di Amerika asli, itu menandakan kebahagiaan, kemurnian dan kecepatan karena merupakan serangga yang tinggal sangat baik baik di kedua air dan tanah. Di Cina, simbolisme capung meluas untuk mencakup kualitas seperti kemakmuran, harmoni dan daya tarik keberuntungan umum yang baik.
Simbolisme capung berjalan mendalam dan memiliki banyak mitos dan legenda untuk mendukungnya. Sementara asosiasi ini mungkin tidak selalu positif (seperti dalam kebudayaan Eropa dan Australia), capung telah mulai menjadi salah satu yang paling dihormati dan totem simbolik sekitar. Itulah mengapa Anda akan menemukan bahwa ada kenaikan dari tato capung hari ini karena orang ingin membekukan waktu kualitas sangat bahwa makhluk tersebut terkait dengan.

Sumber : http://infobebas.web.id/2011/simbol-capung.html

Capung dalam Pusaran Limbah Lingkungan

Sunday, 01 May 2011
PERSOALAN sungai dan air bersih menjadi masalah dunia saat ini.Presiden Amerika Serikat Barrack Obama bahkan menaruh perhatian pada konsep yang ditawarkan Prigi Arisandi, penerima Green Nobel 2011 dari Goldman Environmental Foundation yang berkantor di San Fransisco,Amerika Serikat (USA).

Kemajuan teknologi sebuah negara membawa implikasi pada pencemaran lingkungan. Kualitas hidup manusia pun menjadi pertaruhan. Barrack Obama pun meminta Kepala Biro Lingkungan Hidup Gedung Putih, Nancy Sutley, mempelajari pemantauan sungai partisipatif yang ada di Surabaya. Penelitian yang digagas Prigi dengan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) bentukannya. Di Amerika Serikat,pemantauan limbah menggunakan parameter fisik dan kimia cenderung dinilai terlambat dalam mendeteksi pencemaran. Cara itu baru bisa mendeteksi pencemaran apabila terjadi kerusakan lingkungan yang parah. Prigi menawarkan pemantauan kualitas air dengan menggunakan serangga.“Kita bisa memakai capung sebagai indikator kesehatan sungai,” ujar Prigi,kemarin.

Capung dipilih sebagai media penyelamat lingkungan karena prosesnya yang mudah. Keberadaan serangga itu bisa diketahui masyarakat, semua orang bisa melakukan pemantauan. Mereka yang tak memiliki pengetahuan luas tentang pendidikan biologi maupun lingkungan, bisa ikut nimbrung. Makanya, proses partisipatif menjadi model yang paling disuka untuk menyelamatkan lingkungan dari kepungan limbah industri.Warga Surabaya bisa melihat aktivitas serangga seperti capung beredar di sepanjang sungai. Kalau di tiap bantaran sungai tak ditemukan capung,maka aliran sungai itu sudah tercemar.

“Capung tahu kalau air yang mengandung limbah akan dijauhi,” kata Prigi. Di dalam tubuh capung memiliki penciuman dan deteksi zat berbahaya. Selama ini, capung sering berkelompok menyusuri aliran air. Kesadaran bersama untuk mengawasi lingkungan itu yang akan dikembangkan dalam mencegah kerusakan lingkungan. Untuk teknisnya, lanjut Prigi, ketika warga tak menemui capung di sungai, bisa langsung melapor ke pos pemantauan. Di sana, petugas langsung memeriksa kadar air di lokasi tersebut, sembari mengecek capung yang mati.Dalam tubuh capung akan diperiksa kandungan limbah berbahaya yang ada di air.

“Semua warga merasa memiliki lingkungan, watak kepedulian itu yang akan dikembangkan ke depan,”jelasnya. Ia membutuhkan waktu 15 tahun untuk menemukan konsep partisipatif yang dilakukan warga dalam memantau kesehatan lingkungan, terutama air yang ada di sungai.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun pernah disomasinya dua kali karena tak memperhatikan penyelamatan lingkungan di sepanjang sungai Brantas dan Kali Surabaya.

Dipagari Pabrik

Cahaya senja yang keemasan jatuh di ujung rumput, di bantaran sungai Brantas ia mulai beraktivitas.Topi hitam dililitkan, sepasang ikat pinggang tambahan masih melekat di perutnya yang mengendong peralatan deteksi hewan sepanjang sungai. Kerumunan burung masih menteror,mereka bernyanyi di sepanjang jalan, keruh air di sungai itu membuat kawanan burung itu tak sudi meminum air di dalamnya. “Kita memeriksa binatang yang ada di sekitar sungai, kalau mereka mengandung racun dari zat pabrik, maka sungai ini sudah tercemar,” kata Prigi sembari memegang capung yang ada di pinggir pohon randu.

Tiap hari,habitat yang ada di sungai maupun warga yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya harus bertaruh nyawa dengan pencemaran. Sebanyak 260 tempat usaha berdiri bebas di sepanjang bantaran sungai, 50 pabrik besar leluasa mengeluarkan limbahnya langsung ke sungai, dan 3.367 pemukiman liar yang tiap hari membuang sampah rumah tangga ke sungai. ”Jangan heran air di sungai ini putih pucat,semuanya sudah bercampur racun, dan kegunaan air dikonsumsi warga tiap hari,”katanya. Prigi menundukan kepala. Napasnya ditarik panjang ke dalam,wajah enam siswa yang masih duduk di bangku sekolah menengah terus dipandangi. Masa depan yang masih panjang, mereka sudah dihadapkan pada teror, ancaman habitat, dan penyakit kanker yag bisa datang sewaktu-waktu.

Sementara di ujung sungai, Karsidi, 51, masih memandikan anaknya di kali Surabaya. Sapuan angin tak menyurutkan niatnya membersihkan kuman yang menempel di badan. Pintu rumah belakangnya masih terbuka, menghadap langsung ke bibir sungai. Rambutnya terlihat keemasan terkena siraman matahari. Ia bertelanjang dada, hanya mengenakan sarung yang dililitkan sampai di ujung lutut, tanpa alas dan berjalan lincah masuk ke air.“Byurrrrr.”

Airnya masih putih pekat. Buih deterjen mengalir dari belakang, tepat 50 meter dari tempatnya mandi, dua orang ibu masih mencuci baju.Tiap tepi, terdapat popok bayi yang dikelilingi tinja menari salsa mengikuti iringan air yang bergoyang. “Ayo mandi sekalian sini Rizal, jangan diam saja,” teriak Karsidi yang sehari-hari bekerja di sebuah bengkel motor di kawasan Mastrip. Lelaki yang disebut Rizal itu masih tertunduk lesu.Bau amis kubangan tinja menusuk hidung.

Tangan yang hitam legam mengusap-usap lubang hidung. Berusaha menutupi bau anyir yang tiap pagi meresap dalam paru-parunya.“Tunggu sampah itu mengalir dulu Pak!”“Kamu nanti nggak mau mandi kalau terus menunda, ayo segera nyemplung ke sini.” Bagi Karsidi, penyakit gatal dan sakit perut masih dianggap biasa. Ia lebih menghawatirkan sesak napas yang pernah di derita si bungsu dua bulan lalu. Napasnya tersenggal, dada terus meronta, dan kening yang tak lepas dari guyuran keringat basah.

Hanya Layak untuk Ternak

Komposisi kali Surabaya saat ini terdiri atas sampah tanaman berupa ranting pohon, dedaunan dan sayuran yang dibuang ke air sebanyak 44%, sampah plastik berupa bungkus mie,minuman,shampo,dan diterjen sebanyak 27%,disusul popok bayi dan pembalut sekali pakai mencapai 15%, ada juga tinja manusia 7%, bangkai hewan 4%,serta styrofoam 3%. Penyakit yang menimpa anak Karsidi tak lepas dari pencemaran limbah pabrik dan popok sekali pakai. Bahan itu mengandung dioksin yang terbentuk dalam proses pemutihan kertas.

Dioksin bersifat keras, sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker. Bahkan,popok sekali pakai setelah diteliti mengandung sodium polyacrylate, sejenis polimer penyerap super atau super absorbent polymer (SAP) yang akan berubah bentuk menjadi gel saat terkena cairan yang dapat meningkatkan risiko sindrom merebaknya racun. Akibatnya, daya resap cairan meningkat dan menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri beracun. Dengan kondisi Kali Surabaya saat ini,kualitasnya hanya layak digunakan sebagai sarana peternakan.Dalam kajian yang dilakukan Perum Jasa Tirta dan Ecoton, menunjukkan bahwa badan air Kali Surabaya termasuk di Intake PDAM Karang Pilang, tidak memenuhi baku mutu air Kelas 1 untuk air minum sebagaimana yang diatur dalam PP 82/2001, sehingga tidak layak digunakan sebagai air baku air minum.

Tingginya tingkat pencemaran air Kali Surabaya yang menjadi 95% bahan baku PDAM kota Surabaya.Wilayah Kali Surabaya mencakup Kabupaten Mojokerto,Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya sepanjang 42 Km dari Pintu air Mlirip Mojokerto hingga Pintu Air Jagir Wonokromo. Anggota Dewan Lingkungan Jatim, Suko Widodo,menuturkan, selama ini pencemaran di Surabaya memang masuk kondisi akut.

Penemuan Prigi dengan konsep pemantauan bersama warga bisa menjadi pintu pembuka. Ada konsep penyadaran, pendidikan dan advokasi tentang penyelamatan air.Konsep penyelematan air yang dikembangkannya telah diadopsi di beberapa negara. aan haryono

Sumber :  http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/395860/

Sabtu, 26 November 2011

Siklus Hidup Capung

Morfologi
Seperti serangga pada umumnya, tubuh capung/dragonfly (Libellula depressa) terdiri dari 3 bagian, kepala dengan mata besar, dada/thorax dengan empat sayap panjang yang tidak bisa dilipat & dilengkapi 3 pasang kaki, dan perut/abdomen dengan 10 segmen.

gambar capung terbang
dragonfly

Habitat
Capung hidup dekat dengan air karena siklus hidupnya yang membuat mereka tidak bisa hidup jauh dari air.

Siklus Hidup
Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal 6 atau 7 tahun. Capung meletakkan telurnya pada tumbuhan yang berada di air.

capung bertelur di atas air
ovipositing

gambar telur capung
eggs

Setelah menetas, larva capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa.

gambar larva capung
larva

nimfa capung
nymph

Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal untuk bernafas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan.

nimfa capung sebagai predator
nymph as predator

proses metamorfosis capung
nymph morphing into dragonfly

capung ganti kulit
Nymph berubah menjadi capung

Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama 4 bulan.

capung dimakan belalang
capung sebagai mangsa mantis

capung dimakan burung
capung sebagai mangsa burung

capung dimakan kadal
capung sebagai mangsa bunglon

capung air
capung sebagai mangsa kadal air

tanaman dionaea (venus flytrap)
capung sebagai mangsa Venus Flytrap (Dionaea)

Peran/Manfaat Capung

  • Sebagai pemburu hama tanaman, seperti ngengat & walang sangit
  • Sebagai bioindikator air bersih, karena nimfa capung tidak akan dapat hidup di air yang sudah tercemar & perairan yang tidak ada tumbuhannya.
  • Nimfa capung memakan jentik-jentik nyamuk yang dapat menularkan penyakit berbahaya seperti malaria & demam berdarah. 
Sumber : http://adearisandi.wordpress.com/2011/04/12/siklus-hidup-capung/

Capung: Mesin Terbang Super Canggih

Manusia telah mencoba berbagai macam cara untuk dapat terbang. Sejak pesawat terbang pertama dibuat kira-kira seratus tahun yang lalu, ribuan model pesawat udara yang berbeda telah dirancang. Ilmuwan yang tak terhitung jumlahnya telah mencoba membuat mesin terbang yang lebih baik sampai akhirnya mereka mampu membuat mesin terbang terkini dengan disainnya yang mengagumkan.
Lebih Hebat dari Helikopter
Terbang adalah keahlian yang hebat, tapi kegunaannya tergantung pada sejauh mana ia dapat dikendalikan. Sebenarnya, untuk dapat melayang pada posisi tetap di udara atau mendarat di tempat yang diinginkan adalah sama pentingnya dengan kemampuan terbang itu sendiri. Untuk itulah, manusia merancang pesawat terbang dengan kemampuan manuver yang tinggi, yaitu helikopter. Helikopter mampu melayang di udara pada posisi tetap dan lepas landas secara tegak lurus. Karena keuntungan militer inilah, berbagai negara telah menyediakan dana dalam jumlah tak terbatas untuk pengembangan helikopter. Akan tetapi, penelitian terkini telah menemukan fakta yang sangat mencengangkan. Teknologi penerbangan helikopter modern ternyata sangat tertinggal jauh dibanding dengan seekor makhluk mungil yang mampu terbang. Makhluk ini adalah capung.
Sistem penerbangan capung adalah sebuah keajaiban disain dengan teknologi terbang yang mengalahkan semua mesin buatan manusia. Dengan alasan inilah, disain model terakhir helikopter Sikorsky yang terkenal di dunia, dibuat menggunakan disain capung sebagai model. Dalam proyek ini, perusahaan IBM membantu mendisain Sikorsky dengan memuat gambar-gambar capung dalam komputer khusus. Setelah itu, dengan mengambil contoh capung, ribuan ilustrasi dibuat dalam komputer. Kemudian, dengan mencontoh teknologi terbang capung, dibuatlah model helikopter Sikorsky.
Helikopter Sikorsky dirancang dengan meniru rancangan sempurna dan kemampuan manuver dari seekor capung.

Singkatnya, tubuh seekor serangga kecil memiliki disain lebih unggul dari rancangan manusia. Teknologi penerbangan capung dan disain sayapnya mengemukakan suatu fakta bahwa makhluk kecil ini memperlihatkan kepada kita disain menakjubkan pada ciptaan Allah. Capung memiliki dua pasang sayap yang ditempatkan secara diagonal pada tubuhnya, ini memungkinkannya melakukan manuver sangat cepat. Capung dapat mencapai kecepatan lima puluh kilometer per jam dalam waktu sangat singkat, hal yang sungguh luar biasa bagi seekor serangga. Seorang atlit olimpiade dalam perlombaan lari seratus meter, hanya mampu berlari tiga puluh sembilan kilometer per jam.

Giroskop Alami pada Capung
Ada satu persyaratan lagi bagi penerbangan yang baik. Penerbangan sangatlah berbahaya jika tidak didukung oleh sistem penglihatan yang baik. Untuk itulah, pesawat terbang dan helicopter modern memiliki sistem visual canggih. Capung juga memiliki sistem visual teramat canggih: ia memiliki mata mikro berjumlah keseluruhan tiga puluh ribu buah, dan setiap mata mengarah ke titik yang berbeda. Semua informasi dari mata-mata mikro ini diteruskan ke otak capung, yang kemudian mengolahnya seperti komputer. Dengan sistem ini, capung memiliki kemampuan melihat yang luar biasa.
Kemampuan manuver capung lebih unggul dari yang dimiliki helikopter. Misalnya, dengan satu manuver cepat di menit terakhir, capung berhasil menyelamatkan diri dari truk yang datang dari arah berlawanan.
Bahkan capung mampu meloloskan diri dari dua bahaya, yakni ketika ia harus menghindar dari menabrak kaca depan mobil yang sedang melaju ke arahnya dan harus lolos dari burung yang memburunya. Ia berhasil menyelamatkan diri dengan satu manuver cerdas.
Satu permasalahan yang dihadapi pilot, yang seringkali harus melakukan manuver, adalah bahwa setelah suatu manuver, pilot mengalami kesulitan dalam menentukan posisi pesawat relatif terhadap permukaan bumi. Jika pilot kebingungan menentukan posisi bagian atas dan bawah pesawat setelah melakukan manuver, maka pesawat ini dapat mengalami kecelakaan. Para teknisi telah mengembangkan suatu alat untuk mengatasi hal ini, yakni giroskop. Alat ini menunjukan pilot pada garis horisontal yang menandakan posisi horison. Pilot membandingkan garis horisontal ini dengan horison sesungguhnya, dan dengan demikian ia dapat menentukan posisi pesawat dengan cepat. Selama jutaan tahun, capung telah memakai perlengkapan yang mirip dengan yang dikembangkan oleh para teknisi ini. Di depan mata capung terdapat garis horisontal maya pada posisi tetap. Tak menjadi masalah, pada sudut berapa pun ia terbang, ia selalu memposisikan kepalanya sejajar dengan garis horisontal ini.
Ketika posisi tubuh capung berubah selama penerbangan, rambut-rambut di antara badan dan kepalanya menjadi terangsang. Sel-sel saraf pada akar rambut ini mengirimkan informasi ke otot-otot terbang capung tentang posisinya di udara. Hal ini memungkinkan otot-otot tersebut secara otomatis mengatur jumlah dan kecepatan gerak sayap. Dengan demikian, dalam manuver paling sulit sekalipun, capung tidak pernah kehilangan arah atau kendali. Sistem ini sungguh merupakan suatu keajaiban teknik.
Disini, manusia yang berakal akan berpikir. Capung sendiri tidak mengetahui akan sistem luar biasa yang ia miliki. Lalu, siapakah yang meletakan pada tubuh serangga ini sistem penerbangan yang sedemikian kompleks, yang bahkan para insinyur ahli telah menggunakannya sebagai model? Siapakah yang melengkapi serangga ini dengan sayap sempurna, motor yang menggerakkan sayap dan sistem penglihatan yang prima? Siapakah Pencipta disain yang luar biasa ini?
Capung: Diciptakan Sudah Sempurna dan Lengkap
Teori evolusi Darwin, yang mencoba menjelaskan kehidupan dengan peristiwa kebetulan, tak mampu berbicara ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan ini. Mustahil bahwa sistem dalam tubuh capung dapat terbentuk melalui evolusi, yakni pembentukan tahap demi tahap secara kebetulan. Hal ini dikarenakan bahwa agar suatu makhluk hidup dapat hidup, semua sistem ini harus ada pada saat yang bersamaan dan telah lengkap. Capung paling pertama di dunia juga pasti muncul dengan mekanisme yang sama mengagumkannya dengan yang dimiliki capung zaman sekarang. Hal ini telah dibuktikan oleh catatan fosil tentang sejarah alam. Catatan fosil menunjukan bahwa capung-capung muncul di bumi pada saat bersamaan secara serentak. Fosil capung tertua yang diketahui ini berusia tiga ratus dua puluh juta tahun. Pada lapisan-lapisan fosil periode lebih awal, tidak dijumpai sesuatu pun yang menyerupai seekor capung. Tambahan lagi, sejak pertama kali capung muncul, catatan fosil menunjukan bahwa ia tidak mengalami evolusi.
Fosil capung tertua benar-benar sama dengan capung-capung yang hidup sekarang. Antara fosil berusia seratus empat puluh juta tahun dengan capung masa kini di sebelahnya tidak ada perbedaan sama sekali. Kenyataan ini sekali lagi membuktikan kekeliruan teori evolusi sekaligus menunjukan dengan sebenarnya bagaimana capung dan semua makhluk hidup di dunia ini muncul menjadi ada. Adalah Allah, Tuhan seluruh alam, yang menciptakan semua makhluk hidup, dan masing-masing dari mereka adalah bukti keberadaan-Nya. Di samping Allah, tak ada kekuatan lain yang mampu menciptakan seekor lalat sekali pun.
Sumber : http://www.harunyahya.com/indo/artikel/016.htm

Minggu, 20 November 2011

Capung Bisa Meninggal Karena Stress

Capung jenis Leucorrhinia intacta ternyata takut pada ikan. Inilah temuan Locke Rowe, biolog Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi di University of Toronto yang dipublikasikan di jurnal Ecology dan menjadi bahasan dalam jurnal Nature minggu ini.
Untuk mengetahuinya, Rowe menaruh beberapa larva capung dan ikan dalam satu akuarium. Keduanya dipisahkan dengan kaca sehingga ikan tak mungkin memangsa larva capung namun keduanya masih bisa melihat satu sama lain. Ia juga merancang percobaan dimana larva dan ikan benar-benar terpisah.
"Apa yang kami temukan sangat mengejutkan. Ada lebih banyak capung (berupa larva-red) yang mati ketika mereka berbagi habitat," kata Rowe seperti dikutip Livescience, Jumat (28/10/2011). Survival pada larva capung itu 2,5-4,3 lebih kecil dari yang tidak berbagi habitat.

Rowe juga merancang eksperimen lain. Ia membiarkan larva capung tumbuh dan bermetamorfosis. Kemudian, ia mencampurnya lagi dengan ikan lewat cara yang sama seperti sebelumnya. Tujuan ekperimen ini adalah melihat apakah kehadiran ikan mengganggu proses metamorfosis.
"Kami mengijinkan larva capung untuk bermetamorfosis menjadi capung dewasa. kami menemukan bahwa mereka yang tumbuh di dekat ikan predator lebih banyak gagal menyelesaikan metamorfosis, lebih sering mereka mati dalam prosesnya," jelas Rowe.
Rowe mengatakan, capung ternyata takut ikan. Kehadiran ikan yang merupakan predator larva capung bisa memberikan stress tersendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress dari lingkungan bisa memicu kematian. Ke depan, Rowe mengatakan, ilmuwan bisa mengkaji bagaimana stress dan kondisi berbahaya bisa mengakibatkan kematian pada organisme.
Sumber : http://www.jepretanhape.com/2011/10/capung-ternyata-bisa-stress-dan-mati.html